Keberadaan toilet umum sejatinya sangatlah penting, apalagi ketika dalam kondisi mendesak. Namun terkadang keberadaannya justru dipandang sebelah mata. Apalagi jika bukan karena anggapan bahwa toilet umum identik dengan kotor dan bau. Dibalik berbagai anggapan yang muncul, tahukah Anda bahwa toilet umum bisa menjadi bisnis yang menguntung?
Ya, jangan hanya memandang perihal menjijikannya toilet umum. Tapi cobalah lihat potensi mengembangkan bisnis dari usaha toilet umum tersebut. Bagaimana tidak? Buang air kecil maupun besar merupakan kebutuhan yang mendesak dan tidak bisa ditahan. Nah, dari kebutuhan dan keadaan seperti itulah akhirnya seseorang mau tidak mau membutuhkan toilet umum.
Mereka pasti rela mengeluarkan uang asalkan keinginan untuk buang airnya terfasilitasi. Katakanlah tarif menggunakan toilet 2.000 rupiah per orang. Bayangkan saja berapa penghasilan yang akan didapatkan apabila ada puluhan bahkan ratusan orang yang buang air di toilet umum yang dikelola seseorang per harinya.
Bisnis toilet umum dapat dimulai dengan modal yang tergolong kecil, namun untungnya begitu menjanjikan. Belum lagi jika bisnis toilet umum tersebut memiliki cabang dimana-dimana. Tentu saja akan semakin banyak pula keuntungan yang didapatkan.
Peran digital marketing juga tidak kalah berpengaruh terhadap berkembangnya bisnis unik yang satu ini. Pasalnya, saat ini banyak orang yang akan mencari keberadaan toilet umum melalui media sosial ketika sedang berada di perjalanan. Karena dengan begitu, toilet umum akan lebih mudah untuk ditemukan.
Berikut ini terdapat beberapa pebisnis yang sudah membuktikan keberhasilannya dalam menjalankan bisnis toilet umum. Diantara:
Kehadiran Masjid Raya Sheikh Zayed di Surakarta ternyata mendatangkan peluang usaha bagi masyarakat di sekitarnya. Mulai dari lahan parkir, berjualan makanan minuman, hingga toilet umum.
Hal ini juga yang dirasakan oleh salah satu masyarakat di sekitar Masjid Raya Sheikh Zayed yaitu Ibu Tuti. Ibu Tuti merupakan seorang warga yang menyewakan toiletnya untuk para pengunjung masjid. Hal tersebut dikarenakan toilet yang berada di dalam masjid tidak boleh digunakan untuk mandi.
Ibu Tuti memasang tarif 2.000 rupiah untuk buang air kecil, dan 5.000 rupiah untuk mandi. Dari bisnis dadakan yang dilakukannya, dalam sehari Ibu Tuti dapat meraup untung hingga ratusan ribu rupiah per harinya. Bahkan ketika weekend, beliau dapat menerima uang hingga 800 ribu rupiah dari bisnis toilet umum tersebut.
Keberadaan toilet umum yang banyak dibutuhkan juga menarik minat Cecep Ruhimat untuk mengembangkannya menjadi bisnis menguntungkan. Cecep Ruhimat merupakan seseorang yang dikenal sebagai juragan toilet umum di Tasikmalaya. Sebelum memulai bisnisnya, beliau terlebih dahulu bekerja sebagai penjaga toilet umum di Jakarta pada tahun 1985 selama 5 tahun.
Kemudian bermodalkan pengalaman yang dimiliki, Cecep Ruhimat mulai membangun dan merintis toilet umum sendiri. Dimana target pertama adalah terminal dan pasar. Dari kepintaran melihat peluang dan ketekunannya, bisnis toilet umum yang dimilikinya mulai berkembang.
Bahkan hingga memiliki toilet umum yang tersebar di 100 titik dengan pekerja lebih dari 200 orang. Dari bisnis yang dijalankan, Cecep Ruhimat sudah meraup untung hingga ratusan juta per bulannya.
Keberhasilan penduduk di Desa Kiarajangkung juga tidak lepas dari peran serta Cecep Ruhimat yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya. Belajar dari pengalaman Cecep Ruhimat, banyak penduduk Desa Kiarajangkung yang mulai mengikuti usaha bisnis toilet umum tersebut.
Bahkan hampir sebagian besar penduduk di desa tersebut terjun dalam bisnis toilet umum karena keuntungan yang menggiurkan. Hingga saat ini, hampir semua penduduk di Desa Kiarajangkung memiliki minimal 20 lapak toilet umum yang tersebar di hampir seluruh Pulau Jawa.
Kisah pengusaha sukses yang bergelut dalam bisnis toilet umum selanjutnya datang dari Bandung yaitu Nanang Nurmadji. Nanang Nurmadji menjalankan bisnisnya dengan cara menyewa toilet-toilet di sejumlah tempat seperti terminal, pusat perbelanjaan, hingga pasar. Per tahunnya, Nanang mengeluarkan modal 3-5 juta rupiah untuk menyewa sekitar 2-5 toilet.
Dari modal yang dikeluarkan, Nanang dapat meraup keuntungan sebanyak 2-5 juta dalam seharinya. Itu artinya, dalam 1 bulan beliau mampu mendapatkan keuntungan hingga ratusan juta rupiah. Kini, Nanang Nurmadji telah menambah tempat bisnisnya menjadi 18 spot toilet yang tersebar di Jakarta hingga Bandung dengan dibantu karyawan sebanyak 33 orang.
Toilet umum memang selalu identik dengan tempat yang kotor, kumuh, dan bau. Hal tersebut akan menjadi wajar karena yang menggunakannya banyak orang. Namun jangan salah, tidak semua toilet umum memiliki tampilan seperti itu.
Oleh karenanya, agar dapat menciptakan kamar mandi yang bersih dan nyaman digunakan, kita (baik pengelola maupun pengguna) harus selalu menjaga kebersihannya.
Selain harus selalu menjaga kebersihan toilet, untuk dapat menunjang kebersihan toilet bisa juga dengan menggunakan jenis cubicle toilet. Cubicle toilet adalah salah satu pilihan untuk menjaga kebersihan toilet umum karena toilet ini merupakan jenis toilet kering.
Cubicle toilet yang diaplikasikan pada toilet umum juga sudah banyak ditemukan pada pusat perbelanjaan hingga bandara. Nah, bagi para pebisnis toilet umum yang ingin mulai menerapkan cubicle toilet, bisa mendapatkannya dengan mudah di cubicle toilet Jakarta. Bersama kami, Anda akan mendapatkan cubicle toilet dengan kualitas terbaik.